WIKA Gedung (WEGE) dan BMKG melakukan tandatangan Kontrak Kerja pada pekerjaaan pengembangan sistem operasional Indonesia Tsunami Early Warning System (inaTEWS) gedung Jakarta dan Bali, sekaligus groundbreaking untuk pembangunan Gedung Jakarta. Rabu (31/01).
Pada kesempatan ini dihadiri langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Sekretaris Utama BMKG Dwi Budi Sutrisno, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Plt Deputi Bidang Geofisika BMKG Hanif Andi Nugraha, Direktur Pendanaan Mutilateral BAPPENAS Agustin Ariana, Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosya, Kepala Biro Keuangan BNPB Tavip Joko Prahoro, Kepala Biro Perencanaan BNPB Andi Eviana, Ketua Tim PPS Kejaksaan Agung Faisal Helmi serta Pejabat Pembuat Komitmen Haryo Seno Pranandito, Tim World Bank dan dari WEGE dihadiri langsung oleh Direktur Operasi 1 Bagus Tri Setyana didampingi oleh Manajer Divisi 1 Budi Setyono dan Manajer Proyek Guntur Wahyudi.
Penandatanganan kontrak kerja ini disambut baik oleh Kepala BMKG bahwa Pengembangan system ini untuk mengejar ketertinggalan teknologi Indonesia khususnya teknologi system peringatan dini bencana, “seperti kita tahu bahwa teknologi di Jepang itu sangat maju, bahkan setelah kita kaji teknologi di Indeonesia khususnya untuk peringatan dini dalam bencana baik tsunami ataupun gempa itu tertinggal 20 tahun dari Jepang. Sedangkan kita menjadi garda terdepan dalam memberikan peringatan bagi kurang lebih 20 negara di asia tenggara dan sekitarnya. Untuk itu pengembangan system peringatan dini bencana ini harus segera berdiri”, tutur Dwikorita saat memberikan sambutan.
Gedung pengembangan system operasional Inatews Jakarta ini terdiri dari 2 basement dan 9 lantai serta luas bangunan mencapai 8.679.88 meter persegi. Adapun teknologi yang diterapkan dalam bangunan tersebut menggunakan Base Isolation tipe pendulum yang pertama di Indonesia, karena jika terjadi gempa hingga mega trast Gedung tersebut tetap berdiri kokoh.
“Gedung ini nantinya akan menjadi command centernya BMKG, jadi Gedung ini harus kuat untuk bisa memberikan informasi terkait gempa dan tsunami. Sangat ironi jika command center sudah rata dengan tanah Ketika menghadapi gempa, sedangkan kita menjadi pusat informasi. Lalu bagaimana kita bisa memberikan informasi jika gedungnya saja sudah tidak ada”, tambahnya.
Direktur Operasi I WEGE pun mengemukakan komitmen dalam menjalankan proyek tersebut bahwa WEGE merupakan bagian kecil dari tim proyek yang besar serta berharap mendapat dukungan semua pihak selama proyek ini berlangsung.
“Kami sangat berterima kasih sekali atas kesempatan yang diberikan untuk bisa berkolaborasi Kembali dengan BMKG, dengan goundbreaking ini kita bisa mulai pembangunan ini dengan segera agar selesai tepat pada waktunya. Karena sudah menjadi komitmen kami untuk bisa tepat waktu, tepat kualitas dan harus sesuai dengan ketaatan serta kepatuhan good governance. Dan Kami juga mohon dukungan kepada semua pihak selama proyek berlangsung”, jelas Bagus saat sambutan.